Alasan mereka, daftar tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan, sehingga nama mereka telah dicemarkan.
Sementara, pegiat gerakan anti politisi busuk menyatakan, kriteria daftar politisi busuk sudah menjadi rahasia umum.
Hampir
empat bulan setelah kampanye 'tidak pilih politisi busuk' digelar, baru
pada hari ini para pegiatnya secara jelas mencantumkan nama-nama
politisi yang mereka kategorikan sebagai 'busuk'.
Ada
empat kriteria, yakni, mereka yang diduga pelanggar HAM, koruptor,
perusak lingkungan dan pelaku kekerasan terhadap perempuan.
63
orang yang mereka cantumkan sebagai politisi busuk tersebut tertera
dalam sebuah selebaran, dimana ukuran dan bentuknya mirip surat kabar.
Anggota
kelompok kerja 'gerakan nasional tidak politisi busuk', Otto Pratama,
menjelaskan bagaimana mereka memperoleh daftar nama-nama tersebut.
"Kami
mendapatkan data ini dari Amnesti Internasional. Kalau para politisi
ini mau mengajukan gugatan hukum, ya mereka boleh menggugat lembaga
tersebut," kata Pratama.
Menurut Otto Pratama, daftar ini akan bertambah, dan akan dicantumkan dalam edisi berikutnya.
Dari
nama-nama yang diumumkan terdapat beberapa jenderal dan politisi partai
besar yang cukup dikenal, dan dua orang diantaranya, beberapa saat yang
lalu, berbicara kepada BBC atas daftar tersebut.
Tosari Wijaya adalah pimpinan Partai Persatuan Pembangunan, PPP:
Mantan Presiden Suharto tidak sampai diadili dalam kasus korpusi
|
"Saya
diduga korupsi. Bagaimana bisa menduga saja sudah bisa mengeluarkan
saya dalam daftar. Saya akan berkonsultasi dulu dengan pengacara saya
untuk menindaklanjuti masalah ini," kata Tosari.
Sikap berbeda ditunjukkan Wakil Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung, yang namanya tercantum pula dalam daftar tersebut.
"Saya tidak akan menanggapi. Itu bagian dari kampanye pemilihan umum. Biarkan saja," kata Pramono Anung.
Sebagian
politisi yang dikategorikan melanggar HAM, diantaranya diduga terkait
dalam kasus kekerasan di Timor Timur, kasus 27 Juli, dan kasus Trisakti
dan Semanggi.
Sebagai anggota parlemen, mereka dianggap tidak serius untuk menuntaskan kasus tersebut.
Sementara
untuk kasus korupsi, beberapa politisi dari partai besar seperti PDI-P
dan Golkar, diduga mereka bertanggungjawab dalam kasus Bank Bali, BLBI,
dan perkara Bulog .
0 comments:
Post a Comment