Pengkhianat terbesar bagi demokrasi di Indonesia tidak lain PDIP-Mega yang telah menusuk Gus Dur dari belakang yang saat itu sedang membangun demokrasi!
Aksi mengatasnamakan rakyat rapatnya di Starbuck. Inilah kualitas pendukung Jokowi yang telah mengalami revolusi mental?
Aksi di Bundaran HI menolak pilkada tak langsung tadi memakai konsep perwakilan, bukan aksi massa langsung, 10 orang mewakili seluruh rakyat Indonesia?
Bangsa nusantara ini diwarisi sejarah dendam. Dendam itu disebabkan oleh ego: merasa paling benar & harus menang? Jika kemenangan tak dicapai, tak mau sportif, malah salahkan orang lain. Lalu memusuhi yang dianggap menjegal untuk kemudian membalas. Itulah dendam!
Tapi kubu Maknyak, yang selalu kalah dalam pertarungan jabatan di Dewan (persis seperti sekarang ini) marah dan mulai bakar-bakar mobil?
Di pertengahan jalan, Raja Sarungan (=Gus Dur), digerpol oleh persekongkolan Maknyak Kabau cs, dan Maknyak Kabau jadi raja berikutnya. Apa kata Raja Sarungan? “Saya memaafkan tapi tidak melupakan”. Artinya, raja Sarungan juga tidak memelihara dendam karena kalah politik. Ia hanya kasih peringatan agar kita waspada dengan Kandang Kerbau. Ia juga berpolitik dengan rasional!
Nah, yang aneh itu kandang kerbau. Maknyak kalah undi pemilihan raja dengan Ki Lurah (=SBY), dendamnya dibawa ke liang dubur eh kubur. Perilaku ini tidak rasional!
Dendam telah membuat Maknyak mengingkari pikiran-pikiran luhur ayahnya sendiri!
- See more at: http://www.kompasislam.com/2014/09/29/perilaku-si-ratu-dendam/#sthash.0amsuoZk.dpuf
Aksi mengatasnamakan rakyat rapatnya di Starbuck. Inilah kualitas pendukung Jokowi yang telah mengalami revolusi mental?
Aksi di Bundaran HI menolak pilkada tak langsung tadi memakai konsep perwakilan, bukan aksi massa langsung, 10 orang mewakili seluruh rakyat Indonesia?
Bangsa nusantara ini diwarisi sejarah dendam. Dendam itu disebabkan oleh ego: merasa paling benar & harus menang? Jika kemenangan tak dicapai, tak mau sportif, malah salahkan orang lain. Lalu memusuhi yang dianggap menjegal untuk kemudian membalas. Itulah dendam!
Tapi kubu Maknyak, yang selalu kalah dalam pertarungan jabatan di Dewan (persis seperti sekarang ini) marah dan mulai bakar-bakar mobil?
Di pertengahan jalan, Raja Sarungan (=Gus Dur), digerpol oleh persekongkolan Maknyak Kabau cs, dan Maknyak Kabau jadi raja berikutnya. Apa kata Raja Sarungan? “Saya memaafkan tapi tidak melupakan”. Artinya, raja Sarungan juga tidak memelihara dendam karena kalah politik. Ia hanya kasih peringatan agar kita waspada dengan Kandang Kerbau. Ia juga berpolitik dengan rasional!
Nah, yang aneh itu kandang kerbau. Maknyak kalah undi pemilihan raja dengan Ki Lurah (=SBY), dendamnya dibawa ke liang dubur eh kubur. Perilaku ini tidak rasional!
Dendam telah membuat Maknyak mengingkari pikiran-pikiran luhur ayahnya sendiri!
- See more at: http://www.kompasislam.com/2014/09/29/perilaku-si-ratu-dendam/#sthash.0amsuoZk.dpuf
0 comments:
Post a Comment